A.
KALIMAT EFEKTIF
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara
tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif
dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan
atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
2. Unsur – unsur Kalimat Efektif
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa
Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan
predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu
kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek
(S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat
menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa
benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang melukis.
b.
Meja direktur besar.
2. Predikat
(P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat
yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan
atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang tidur siang.
c.
Putrinya cantik jelita.
3. Objek
(O)
Objek
(O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh
di bawah ini.
a.
Nurul menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba
transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika
P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek
dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.
1)Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan
oleh Martina Hingis.
b.
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh
oran itu.
4.
Pelengkap (pel)
Pelengkap
(P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,
frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P O
b. Banyak
orpospol berlandaskan Pancasila.
S
P Pel
5. Keterangan
(ket)
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa
preporsisional, adverbia, atau klausa.
3. Ciri
– ciri Kalimat Efektif
Untuk
dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam
syarat berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
·
Kalimat
itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
·
Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini
harus membayar uang kuliah. (Benar)
2) Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian
gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat
(a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri
dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat
diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau
dinaikkan secara luwes.
Kalimat
(b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu
di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
4) Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan
cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang
ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan
cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
5) Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan
tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak
dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda,
yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah
atau dua puluh lima ribu rupiah
6) Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu
tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita
hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab
b. Kalimat yang padu
mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat
di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu
tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
B.
PARAGRAF ATAU ALINEA
1. Pengertian Aline
Merupakan suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya
ilmiah yang mana cara
penulisannya harus dimulai dengan baris baru.Paragraf di kenal juga dengan sebutan Alinea. Paragraf
dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam beberapa
ketukan atau
spasi.
Tiap paragraf hanya mempunyai satu gagasan
pokok yang diwujudkan dalam satu kalimat. Kalimat utama yang di letakkan di
awal paragraf biasa kita sebut Deduktif,
sedangkan kalimat utama yang di akhir paragraf biasa kita sebut Induktif. Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat
utama, harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau
diuraikan lebih lanjut.
Contoh Paragraf Deduktif:
PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional.
Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani masalah remaja
di Portugal pada tahun 1998. Tujuannya guna memicu kesadaran remaja untuk memahami
masalah sosial budaya, lingkungan hidup, dan pendidikan.
Contoh Paragraf Induktif:
Kalau ditanya soal masa depan, banyak remaja yang menjawab asal-asalan.
Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas. Mereka yang pesimis, harapan
masa depannya pun rendah.
Kegunaan dari paragraf itu sendiri adalah :
- untuk menandai pembukaan topik baru, atau mengembangkan
lebih lanjut dari topik sebelumnya
- untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci
apa yang sudah diutarakan dalam paragraf yang sebelumnya
Macam-macam
paragraf :
1. Berdasarkan letak kalimat utama :
Paragraf Deduktif : paragraf yang
kalimat utamanya terletak di awal paragraf
Paragraf Induktif : paragraf yang
kalimat utamanya terletak di akhir kalimat paragraf
Paragraf Campuran : paragraf yang
kalimat utamanya terletak di awal dan akhir paragraf
2. Berdasarkan tujuan :
Paragraf Narasi adalah paragraf yang
bertujuan untuk menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga pembaca
seolah-olah mengalami kejadian tersebut.
Paragraf Deskripsi adalah paragraf yang bertujuan menggambarkan sebuah objek
nyata agar pembaca seolah-olah melihat sendiri objek yang di gambarkan itu.
Paragraf Eksposisi adalah paragraf
yang bertujuan memaparkan sebuah sejumlah informasi atau pengetahuan agar
pambaca dapat menambah informasi atau pengetahuan.
Paragraf Argumentasi adalah paragraf
yang bertujuan untuk mengemukakan contoh, asalan, bukti-bukti yang kuat dan
meyakinkan dengan tujuan meyakinkan pembaca sehingga pembaca membenarkan sikap,
pernyataan, dan keyakinan kita.
C.
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA
1. Pengertian Kutipan
Kutipan adalah pinjaman sebuah kalimat ataupun pendapat dari seseorang
pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, kamus, ensiklopedia,
artiket, laporan, majalah, koran, surat kabar atau bentuk tulisan lainnya,
maupun dalam bentuk lisan misal media elektronika seperti TV, radio, internet,
dan lain sebagainya. Tujuannya sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah
karangan.
Bahan-bahan yang dimasukkan dalam sebagai kutipan adalah bahan yang tidak
atau belum menjadi pengetahuan umum, hasil-hasil penelitian terbaru dan
pendapat-pendapat seseorang yang tidak atau belum menjadi pendapat umum. Jadi,
pendapat pribadi tidak perlu dimasukkan sebagai kutipan. Dalam mengutip kita
harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai pernyataan
penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip dan sebagai pembuktian akan
kebenaran kutipan tersebut.
2. Fungsi Kutipan
Fungsi kutipan diantaranya :
1.Sebagai landasan teori.
2.Penguat pendapat penulis.
3.Penjelasan suatu uraian.
4.Bahan bukti untuk menunjang pendapat itu.
Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah menegaskan isi
uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan oleh penulis berdasarkan
bukti-bukti yang diperoleh dari literatur, pendapat seseorang atau pakar,
bahkan pengalaman empiris. Peletakan kutipan dilakukan dalam dua cara yakni,
pada teks atau menjadi bagian catatan kaki. Peletakan pada catatan akhir
(endnote) umumnya dilakukan andaikata penulis tidak menginginkan adanya
penjelasan yang akan mengganggu keruntutan uraian pada teks.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mengutip, diantaranya :
1.Penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu.
2.Penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan.
3.Kutipan dapat terkait dengan penemuan teori.
4.Jangan terlalu bnayak mempergunakan kutipan langsung.
5.Penulis mempertimbangkan jenis kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.
3. Prinsip-Prinsip Mengutip
Dalam mengutip kita harus menyebutkan sumbernya. Hal itu dimaksudkan sebagai
pernyataan penghormatan kepada orang yang pendapatnya dikutip, dan sebagai
pembuktian akan kebenaran kutipan tersebut. Ada beberapa prinsip yang harus
diterapkan dalam mengutip, yaitu :
1.Penulis jangan terlalu banyak mengutip sehingga tulisan yang disusun menjadi
suatu himpunan kutipan. Ingat mengutip hanya menjadi bukti penunjang pendapat
penulis.
2.Kutipan dianggap benar jika penulis menunjukkan tempat atau asal kutipan
sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan dengan sumber aslinya.
3.Kutipan hendaknya diambil seperlunya agar tidak merusak uraian sebenarnya.
4.Kutipan yang panjang sebaiknya dimasukkan dalam lampiran.
5.Menghilangkan bagian kutipan diperkenankan dengan syarat bahwa penghilangan
bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna.
Cara:
· Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan titik berspasi.
· Menghilangkan bagian kutipan yang lebih dari satu alinea. Bagian yang
dihilangkan diganti dengan titik berspasi sepanjang garis (dari magin kiri
sampai ke margin kanan).
6. Pada kutipan langsung, penulis tidak boleh mengubah apapun dan andaikata
penulis tidak menyetujui apa yang dikutipnya atau menemukan kesalahan, ia dapat
memberi tanda : [. . .. ] atau [ sic]. Sic berasal dari kata latin sicut yang
berarti “dengan demikian”, “jadi..”, “ seperti itu”.
7. Pengutip tidak boleh mengadakan perubahan, baik kata-katanya maupun
tekniknya. Bila penulis terpaksa harus membuat perubahan atau tambahan, maka
kata-kata tambahan itu harus dicetak lain – tebal, miring, atau renggang- dan
diberi catatan kaki yang menyatakan bahwa huruf yang dicetak lain itu adalah
dari penulis, bukan teks asli.
Contohnya :
‘Tugas bank antara lain adalah memberi pinjam uang.’
Pengutip tahu bahwa dalam kalimat itu ada kata yang salah, namun pengutip tidak
boleh memperbaikinya.
Cara memperbaikinya:
· ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam [seharusnya, pinjaman, penulis] uang.’
· ‘Tugas bank antara lain memberi pinjam [Sic!] uang.’[Sic!] artinya dikutip
sesuai dengan aslinya.
2.1.4 Jenis Kutipan dan Cara Mengutip
6. Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan menjadi :
1. Kutipan langsung
Adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap atau persis kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sumber teks asli. Cara penulisannya sebagai
berikut :
Kutipan yang panjangnya kurang dari 4 baris :
· Diketik seperti ketikan teks.
· Diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“ “).
· Jarak antar baris kutipan dua spasi.
· Sesudah kutipan selesai, langsung ditulis di belakang yang dikutip dalam
tanda kurung ditulis sumber dari mana kutipan itu diambil, dengan menulis nama
singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat
kutipan itu diambil (Penulis, Tahun:Halaman).
Kutipan yang terdiri dari 4 baris atau lebih :
· Jarak antar baris kutipan satu spasi.
· Dimulai 5-7 ketukan dari batas tepi kiri sesuai dengan alinea teks pengarang
atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama
kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
· Kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi.
· Sumber rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
· Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa bagian kalimat,
pada bagian itu diberi titik sebanyak tiga buah.
· Di belakang kutipan diberi sumber kutipan.
· Kutipan diapit oleh tanda kutip atau tidak diapit tanda kutip.
· Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian
yang dihilangkan tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris.
· Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian yang
dianggap penting, pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut
berada diantara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip.
· Apabila penulis menganggap bahwa ada satu kesalahan dalam kutipan, dapat
dinyatakan dengan menuliskan symbol (sic!) langsung setelah kesalahan tersebut.
Kutipan langsung ditampilkan untuk mengemukakan konsep atau informasi
sebagai data. Titik-titik sepanjang satu baris menandai penghilangan sebuah
kalimat, titik-titik sebanyak tiga menandai penghilangan kata, dan (sic!)
menandai adanya kesalahan dalam kalimat.
Contoh kutipan langsung
Anderson and Clancy (1991:12) memberi pengertian biaya adalah sebagai berikut:
“Cost is an exchange price, or a sacrifice made obtain a benefit”. Dalam
pendapat tersebut Anderson dan Clancy menyatakan bahwa biaya adalah nilai tukar
atau suatu pengorbanan untuk mendapatkan sesuatu keuntungan.
2. Kutipan tidak langsung
Penulis melakukan parafrase atau menggunakan kalimat-kalimat yang disusunnya
sendiri (hanya mengambil pokok pikiran/inti sari dari sumber yang dikutip)
untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip menjadi
ikhtisar atau intisari berdasarkan apa yang dikutipnya. Adapun cara peraturan
dalam pembuatannya adalah sebagai berikut:
· Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi
rangka sebagaimana teks biasa.
· Semua kutipan harus dirujuk.
· Kutipan di integrasikan dengan teks.
· Kutipan tidak diapit tanda kutip.
· Sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang
mengandung kutipan.
· Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum dalam
daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti dengan tahun terbitan diantara
tanda kurung .
· Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara tanda kurung,
dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, titik
dua, dan
diakhiri dengan tahun terbitan
Contoh kutipan tidak langsung
Anderson and Clancy (1991:12) Dalam pendapat tersebut Anderson dan Clancy
menyatakan bahwa biaya adalah nilai tukar atau suatu pengorbanan untuk
mendapatkan sesuatu keuntungan atau “Cost is an exchange price, or a sacrifice
made obtain a benefit”.
1. Kutipan pada catatan kaki, kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat,
meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti
dalam teks asli.
2. Kutipan atas ucapan lisan, harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau
sekretarisnya
(bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai
kutipan
langsung atau tidak langsung.
3. Kutipan dalam kutipan, kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat
kutipan. Dapat dilakukan dengan dua cara:
· Bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan dapat
mempergunakan tanda kutip tunggal atau tanda kutip ganda.
· Bila kutipan asli memakai tanda kutip tunggal, kutipan dalam kutipan memakai
tanda
kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli memakai tanda kutip ganda, kutipan
dalam
kutipan memakai tanda kutip tunggal.
4. Kutipan langsung pada materi, kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan
hingga penghentian terdekat (dapat berupa koma, titik koma, atau titik) disusul
dengan
sisipan penjelas siapa yang berbicara.
Contoh:
“Jelas,” kata Prof. Haryati, “kosa kata bahasa Indonesia banyak mengambil dari
kosa kata bahasa Sansekerta.”
Contoh-contoh kutipan :
Isu Millenium Bug atau yang lebih dikenal dengan istilah Y2K berpengaruh besar
terhadap peningkatan penjualan komputer. Di Indonesia, sejak kwartal pertama
tahun 1999, penjualan komputer mengalamai peningkatan hingga 50-200%. Menurut
Ir. Budi Prasetyo, M.Com dari perusahaan distributor komputer merek Dell,
penjualan Personal Computer (PC) Wearnes meningkat sebesar 55% dibandingkan
angka penjualan tahun sebelumnya (Bisnis Indonesia, 2 Mei 1999: 40). [1]
Peningkatan yang sama juga dialami oleh perusahaan komputer Compaq, yaitu
berkisar 50-57% pada akhir bulan Maret 1999 sebagaimana diutarakan oleh
Direktur PT Compaq Computer Indonesia, B.T. Lim,
“peningkatan penjualan komputer Compaq sebesar 200% selama tiga bulan pertama
tahun 1999 disebabkan oleh kegiatan komputerisasi untuk menghadapi Y2K dan
segmen bisnis layanan” (Atmadi dan Purwito 1999:12) [2]
2.1.5 Fungsi Catatan Perut
Catatan perut dalam teks memiliki fungsi sebagai :
1. Menunjukkan sumber kutipan.
2. Catatan penjelas.
3. Gabungan antara penunjukan sumber dan catatan penjelas yang kadang diberi
komentar oleh penulis.
Contoh catatan perut dalam teks yang memuat tiga fungsi di atas :
Dari hasil penelitian yang banyak dilakukan belakangan ini berkaitan dengan
kemunculan teknologi VoIP, Bill Machrone menyatakan “. . . fitur VoIP akan
membuat John Dvorak sangat tertarik: nomor telepon yang akan selalu mengikuti,
selama saya tersambung dengan internet.” (Machrone, 2005: 53)
Untuk penulisan sumber kutipan nomor urut persamaan atau rumus matematika,
reaksi kimia, dan lain-lainnya ditulis dengan angka latin di dalam tanda kurung
[..] dan ditempatkan didekat batas tepi kanan. Penomoran persamaan angka depan
sesuai nomor bab, kemudian diberi titik dan dilanjutkan dengan nomor berupa
angka latin. Contoh:
[3]
Unsur-unsur catatan perut :
Gaya dan urutan dalam menuliskan unsur-unsur dalam catatan kaki ada
bermacam-macam. Akan tetapi yang akan digunakan di sini dan tidak menyimpang
dari pedoman penulisan yang disusun oleh Jurusan Teknik Informatika UKDW serta
telah luas penggunaannya yang terdiri atas :
· Nama belakang pengarang.
· Tahun penerbitan
· Nomer halaman.
2.1.6 Catatan Akhir (Endnote)
Selain menggunakan Catatan Perut, dalam penulisan karya ilmiah juga dikenal
pemakaian Endnote (catatan akhir), yakni keterangan-keterangan atas artikel
ilmiah yang diletakkan pada bagian akhir dari artikel. Endnote juga merupakan
cara untuk member penjelasan dari sebuah kutipan yang berbentuk langsung maupun
tidak langsung yang diletakkan dalam artikel ilmiah. Selain itu ia juga
berfungsi sebagai penjelasan dari hal-hal penting dan berkaitan erat dalam
artikel, namun apabila diletakkan dalam teks akan mengganggu struktur
paragaf/alinea yang ada.
Dari petikan artikel di atas, kata atau kalimat yang diberi tanda superscript
akan dibuatkan penjelasannya dengan mengunakan Endnote, tata cara penulisannya
adalah sebagai berikut:
· Kutipan atau penjelasan yang berasal dari seorang pengarang, dalam Endnote
yang
dituliskan cukup: Nama Pengarang, Tahun, dan Halaman yang dipakai rujukan.
· Endnote ditulis dalam 1 spasi dan diletakkan pada akhir dari karya ilmiah
sebelum
Daftar Pustaka.
Dengan penulisan catatan perut seperti contoh-contoh di atas, maka pada halaman
setelah bab uraian harus diletakkan endnote yakni halaman yang menyebutkan
sumber acuan seperti contoh di bawah ini
Catatan :
[1] “Y2K dan Bisnis Komputer” dalam Bisnis Indonesia, 2 Mei 1999, hlm. 4.
[2] Atmadi, Della Tri dan Yulianti Purwito (1999). Tantangan Bisnis Komputer di
Abad XXI. Jakarta : Cipta Kreasi Andalan.
[3] Lightmore, A.H (1998), Concepts of Calculus Vol. 1. New York : Jack and
Witts, hlm. 14.
2.2. DAFTAR PUSTAKA
2.2.1. Pengertian Daftar Pustaka
Definisi daftar pustaka atau bibliografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit dan
sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan atau buku dan
disusun berdasarkan abjad. Daftar sendiri didefinisikan sebagai catatan
sejumlah nama atau hal yang disusun berderet dari atas ke bawah. Menurut Gorys
Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan daftar kepustakaan atau bibliografi
adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan
bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan
yang tengah digarap. Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan,
para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad nama belakang penulis pertama.
Daftar pustaka ditulis dalam spasi tunggal. Antara satu pustaka dan pustaka
berikutnya diberi jarak satu setengah spasi. Baris pertama rata kiri dan baris
berikutnya menjorok ke dalam.
2.2.2. Fungsi Daftar Pustaka
Daftar pustaka memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
· Untuk memberikan informasi bahwa pernyataan dalam karangan itu bukan hasil
pemikiran penulis sendiri, tapi hasil pemikiran orang lain yang penulis.
· Untuk memberikan arah bagi para pembaca buku atau karya tulis yang ingin
meneruskan kajian atau untuk melakukan pengecekan ulang terhadap sumber
aslinya.
· Untuk memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku atau karya
tulis
yang dirujuk terhadap hasil karyanya yang turut menyumbang peraran dalam
penulisan karya tulis yang kita tulis.
· Menjaga profesionalitas kita (jika kita sebagai seorang penulis karya tulis)
terhadap tulisan yang kita buat.
· Untuk melihat kebenaran bahan yang dikutip.
Tentu saja penyusunan sebuah daftar pustaka harus mengedepankan asas kemudahan.
Oleh karena itu, diterbitkanlah sebuah format atau cara penulisan daftar
pustaka.
2.2.3. Unsur – Unsur Daftar Pustaka
Unsur-unsur daftar pustaka agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan daftar
pustaka, tiap penulis harus mengetahui pokok-pokok mana yang harus dicatat.
Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah bibliografi
adalah:
1. Nama penulis atau nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
· Apabila nama penulis terdiri lebih dari satu kata, maka nama yang paling
belakang
diletakkan di depan.
Misal : nama penulis Sultan Takdir Alisyahbana maka di tulis dalam daftar
pustaka :
Alisyahbana, Sultan Takdir. 1957. Sejarah Perjuangan dan
Pertumbuhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.
· Apabila penulisnya ada 2 penulis, maka yang dibalik cukup nama penulis yang
pertama saja.
Misal : nama penulis Madyo Ekosusilo dan Bambang Triyanto maka di tulis dalam
daftar pustaka :
Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. 1995. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Dahara Prize.
· Apabila penulisnya lebih dari 2 penulis, maka yang ditulis cukup nama penulis
yang
pertama saja dan diberi singkatan dkk. (dan kawan-kawan) atau et.al.
Misal :
Ghiselli E. et al 1981. Measurement Theory for The
Behavioral Sciences. San Francisco: WH. Freeman and Company
· Apabila dalam sebuah daftar pustaka terdapat dua atau lebih buku yang ditulis
oleh
penulis yang sama, maka pengurutannya berdasarkan tahun terbitnya, dan nama
penulis cukup ditulis sekali dan selanjutnya digantikan dengan garis.
· Pemisahan antara nama belakang dan nama depan menggunakan tanda koma (,).
· Setelah unsur nama penulis diakhiri tanda titik (.).
2. Judul buku, termasuk judul tambahannya.
· Semua huruf pertama dari tiap kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata
tugas.
· Jika daftar pustaka diketik dengan komputer, maka judul ditulis dengan huruf
miring.
Jika ditulis tangan, maka diberi garis bawah.
· Pemisahan antara judul buku dengan tahun terbit menggunakan tanda titik.
3. Data publikasi seperti tahun terbit, tempat terbit, nama penerbit, cetakkan
ke-berapa, nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
a. Tahun terbit
· Apabila ada 2 buku atau lebih yang ditulis oleh penulis yang sama, maka yang
dituliskan lebih dulu adalah yang tahun terbitnya paling dulu.
· Apabila buku tersebut tidak diketahui tahun terbitnya, maka cukup ditulis
dengan
(tanpa tahun).
b. Tempat terbit
· Cukup menyebutkan kota lokasi penerbit buku.
· Pemisahan antara unsur tempat terbit dengan nama penerbit menggunaka titik
dua (:).
c. Nama penerbit
· Cukup menuliskan nama perusahaan penerbitnya.
· Setelah unsur nama penerbit diakhiri tanda titik(.).
4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama
majalah, jilid, nomor dan tahun.
Berikut ini contoh pembuatan tahun dalam daftar pustaka
Informasi dari sebuah buku :
Tahun Penerbitan : 1988
Judul Buku : Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia
Penulis : Sabarti Akhadiah
Kota diterbitkan : Jakarta
Penerbit : PT. Gelora Aksara Permata
Maka dalam daftar pustaka kita tuliskan seperti di bawah ini :
Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Permata.
2.2.4. Sumber Informasi
Dalam penulisan daftar pustaka pasti penulis mendapatkan sumber informasi yang
dapat dijadikan sebagai penulisannya, sumber informasi tersebut biasanya :
· Sumber informasi yang ditulis adalah sumber yang relevan yang dibaca, diacu
dalam
penelitian/laporan.
· Tidak semua sumber informasi mempunyai dasar ilmiah yang dapat diandalkan dan
dipercaya.
· Sebaiknya sumber informasi yang dipakai adalah sumber primer, bukan sekunder.
· Jika sumber primer tidak berhasil didapatkan, sumber sekunder dapat
digunakan.
Penulisannya sbb : Menurut penulis1 1990 dalam penulis2 1995, pernyataan.
· Usahakan selalu menggunakan sumber yang terbaru.
2.2.5. Penyusunan Daftar Pustaka
Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya pada naskah mengikuti salah satu
dari tiga sistem berikut :
a. Nama dan Tahun (Name and Year System). Daftar pustaka disusun secara abjad
berdasarkan nama akhir penulis dan tidak dinomori. Penunjukan pada naskah
dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan. Contohnya : Sistem Harvard
(author-date style)
Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress
syndrome.New England J Med 337(6): 435-439.
Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners
intorench rural communities. J Rural Studies 10(2):197–210.
Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.),
Second Homes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210–237.
Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale
Univ Press.
Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge Univ Press.
b. Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-Number System). Pada sistem ini cara
penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor
pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
c. Sistem Nomor (Citation Number System). Kutipan pada naskah diberi nomor
berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada
naskah dan tidak menurut abjad.
Contohnya : Sistem Vancouver (author-number style)
(1) Prabowo GJ, Priyanto E. New drugs for acute respiratory distress syndrome
due to avian virus. N Ind J Med. 2005;337:435-9.
(2) Grinspoon L, Bakalar JB. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale
Univ Pr; 1993.
(3) Feinberg TE, Farah MJ, editors. Behavioural Neurology and Neuropsychology.
Ed ke2. New York: McGraw-Hill; 1997.
(4) Grimes EW. A use of freeze-dried bone in Endodontics. J Endod 1994; 20:
355-6.
(5) Amerongen AVN, Michels LFE, Roukema PA, Veerman ECI. 1986. Ludah dan
kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Rafiah Arbyono dan Sutatmi Suryo.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr; 1992. hlm 1-42.
(6) Salim S. Pengaruh humiditas dan waktu penyimpanan serta cara curing
terhadap sifat fisik, kimia dan mekanik akrilik basis gigi tiruan. Disertasi.
Surabaya: Pascasarjana Universitas Airlangga; 1995. hlm 8-21.
Penyusunan bibliografi juga harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Nama pengarang diurutkan menurut alfabet, nama yang dipakai dalam urutan itu
adalah nama keluarga.
b. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam
urutan
alfabet.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka
untuk
referensi yang kedua dan seterusnya , nama pengarang tidak perlu
diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi.
Tetapi jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap
pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997 : 222).
2.2.6. Teknik Penulisan
Ada beberapa cara atau teknik penulisan daftar pustaka, sebagai berikut :
a. Cara Penulisan Daftar Pustaka Textbook (1)
· Penulis perorangan : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul buku
(cetak
miring atau garisbawahi), edisi dan volume, nama penerbit, tempat penerbit
(kota), halaman yang dibaca.
· Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor : nama penulis (disusun
balik),
ahun terbit, judul karangan . Bab diikuti kata “dalam” atau “in”, judul buku
(cetak miring atau garisbawahi), nama editor, edisi, nama penerbit, tempat
penerbit (kota)
b. Cara Penulisan Daftar Pustaka Textbook (2)
· Buku yang ditulis/dibuat oleh lembaga : nama lembaga, tahun terbit, judul
buku (cetak
miring atau garisbawahi), edisi dan volume, nama penerbit, tempat penerbit
(kota),
halaman yang dibaca.
· Buku terjemahan : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul buku
(cetak miring
atau garisbawahi), penerjemah, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman
yang
dibaca.
c. Cara Penulisan Daftar Pustaka Jurnal dan Disertasi/Tesis (1)
· Artikel yang disusun oleh penulis : nama penulis (disusun balik), tahun
terbit, judul artikel, nama majalah/jurnal (cetak miring atau garisbawahi),
volume majalah/jurnal diikuti tanda “:”, halaman yang dibaca.
· Artikel yang disusun oleh lembaga : nama lembaga, tahun terbit, judul
artikel, nama majalah/jurnal (cetak miring atau garisbawahi), volume
majalah/jurnal diikuti tanda “:”, halaman yang dibaca.
d. Cara Penulisan Daftar Pustaka Jurnal dan Disertasi/Tesis (2)
· Kelompok makalah yang dipresentasikan dalam seminar/konferensi/simposium :
nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah, nama forum
penyajian (cetak miring atau garisbawahi), kota, bulan dan tanggal penyajian.
· Kelompok disertasi/tesis : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul
disertasi/thesis (ceta miring atau garisbawahi), tempat penerbitan
(kota),universitas, kata “disertasi” atau “tesis”.
e. Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Internet
· Kelompok makalah/informasi dari Internet (apabila ada nama penulis) : nama
penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah/informasi, alamat
Internet.
· Kelompok makalah/informasi dari Internet (apabila tidak ada nama penulis) :
nama lembaga yang menulis, tahun penyajian, judul makalah/informasi, alamat
Internet.
2.2.7. Penulisan Pustaka Dibedakan Menurut Sumbernya
Menurut sumbernya penulisan pustaka dibedakan dalam beberapa jenis, berikut
merupakan macam-macam pustaka, cara penulisannya beserta contohnya :
a. Pustaka dalam bentuk buku dan buku terjemahan
- Buku
Penulis. Tahun. Judul buku (harus ditulis miring). Volume (jika ada). Edisi
(jika ada). Nama penerbit. Kota penerbit.
- Buku terjemahan
Penulis asli. Tahun buku terjemahan. Judul buku terjemahan (harus ditulis
miring). Volume (jika ada). Edisi (jika ada), (diterjemahkan oleh : nama penerjemah).
Nama penerbit terjemahan. Kota penerbit terjemahan.
- Artikel dalam buku
Penulis artikel. Tahun. Judul artikel (harus ditulis miring). Nama editor.
Judul buku (harus ditulis miring). Volume (jika ada). Edisi (jika ada). Nama
penerbit. Kota penerbit.
b. Pustaka dalam bentuk artikel dalam majalah ilmiah
Penulis. (Tahun, bulan tanggal). Judul artikel. Nama Majalah (harus ditulis
miring sebagai singkatan resminya), Volume, Jumlah halaman. Tersedia: alamat di
internet [tanggal akses]
Contoh :
Goodstein, C. (1991, September). Healers from the deep. American
Health [CD ROOM], 60-64. Tersedia: 1994 SIRS/SIRS 1992 Life Science/Article 08A
[13 Juni1995]
c. Pustaka dalam bentuk artikel dalam seminar ilmiah
- Artikel dalam prosiding seminar
Penulis. Tahun. Judul artikel. Judul prosiding Seminar (harus ditulis miring).
Kota seminar.
- Artikel lepas tidak dimuat dalam prosiding seminar
Penulis. Tahun. Judul artikel. Judul prosiding Seminar (harus ditulis miring).
Kota seminar. Tanggal seminar.
d. Pustaka dalam bentuk skripsi/tesis/disertasi
Penulis. Tahun. Judul skripsi. Skripsi/Tesis/Disertasi (harus ditulis miring).
Nama fakultas/program pasca sarjana. Universitas. Kota
e. Pustaka dalam bentuk laporan penelitian
Peneliti. Tahun. Judul laporan penelitian. Nama laporan penelitian (harus
ditulis miring).Nama proyek penelitian. Nama institusi. Kota.
f. Pustaka dalam bentuk artikel dalam surat kabar
Penulis. (Tahun, bulan tanggal). Judul artikel. Nama surat kabar (harus ditulis
miring). halaman. Tersedia: alamat di internet [tanggal akses]
Contohnya :
Cipto, B. (2000, April 27). Akibat Perombakan Kabinet Berulang,
Fondasi Reformasi Bisa Runtuh. Pikiran Rakyat [online], halaman 8. Tersedia:
http://www.pikiran-rakyat.com
[9 Maret 2000]
g. Pustaka dalam bentuk dokumen paten
Penemu. Tahun. Judul paten (harus ditulis miring). Paten negara. Nomor.
h. Pustaka dalam bentuk jurnal
Penulis. (Tahun). Judul. Nama Jurnal [Jenis media], Volume (terbitan), halaman.
Tersedia: alamat di inetrenet. [tanggal di akses]
Contohnya :
Supriadi, D. (1999). Restructuring the Schoolbook Provision
System in Indonesia: Some Recent Initiatives. Dalam Education Policy Analysis
Archives [Online], vol 7 (7), 12 halam. tersedia: http:
//epaa.asu.edu/epaa/v7n7.html [17 maret 2000]
i. Pustaka dalam bentuk artikel dalam internet
Penulis. (Tahun). Judul. (edisi). [jenis media]. Tersedia: alamat di Internet
[tanggal di akses] (tidak diperkenankan melakukan sitasi artikel dari internet
yang tidak ada nama penulisnya).
Contoh :
Thomson, A. (1998). The Adult and the Curriculum. [Online].
Tersedia:
http://www.ed.uiuc.ed/EPS/PESYearbook/1998/thomson.html [30
Maret 2000]
- Artikel majalah ilmiah versi cetakan
Penulis. Tahun. Judul artikel. Nama majalah (harus ditulis miring sebagai
singkatan resminya). Nomor. Volume. Halaman
- Artikel majalah ilmiah versi online
Penulis. Tahun. Judul artikel. Nama majalah (harus ditulis miring sebagai
singkatan resminya). Nomor. Volume. Halaman. Alamat website.
- Artikel dari email
Pengirim (alamat e-mail pengirim). (Tahun, bulan tanggal). Judul pesan (harus
ditulis miring). E-mail kepada penerima [alamat e-mail penerima].
Contohnya :
Musthafa, Bachrudin (musthafa@indo.net.id). (2000,
April 25). Bab V Laporan Penelitian. E-mail kepada Dedi Supriadi
[supriadi@indo.net.id].
- Artikel umum
Penulis. Tahun. Judul artikel. Alamat website (harus ditulis miring). Diakses
tanggal
Sumber :
http://yulandari.wordpress.com/2012/01/02/kutipan-dan-daftar-pustaka/
http://echanfebriharvandha.blogspot.com/2012/11/pengertian-paragraf-alinea.html
http://kalimatefektif2013.blogspot.com/