Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki paling
sedikit satu tujuan umum yang sama dan menyediakan ruang bagi mereka
untuk mengaktualisasikan potensinya guna mewujudkan tujuan umum yang
sama itu. Agar tujuan-tujuan itu bisa dicapai bersama seperti yang
dikehendaki maka organisasi membutuhkan manajemen.
Manajemen adalah proses untuk mengelola sumber-sumber organisasi. Ada
dua pemegang kepentingan yang bisa mempengaruhi organisasi, baik
secara langsung maupun tidak secara langsung, yaitu kekuatan Sistem
Internal dan Lingkungan Eksternal.
Karena organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih maka
pengelolaan organisasi tidak akan lepas dari pembahasan kekuasaan.
Namun, dalam hal ini, pemikiran Mary Parker Follet[1], nabi manajemen (1868-1933), mengenai circular behaviour atau perilaku yang saling mempengaruhi diantara anggota organisasi, perlu diperhatikan. Prinsip kekuasaan[2] menurut Mary Parker Follet adalah tidak berada di atas tetapi bersama, sehingga distribution of power[3] getting things done through other people,
sangat mudah dimengerti sebagai sebuah penjelasan apa itu manajemen
dibanding pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh manajemen dan perilaku
organisasi yang lain. itu menjadi sangat penting untuk manggerakkan
organisasi.
Pemikiran Mary Parker Folet tersebut menjelaskan bahwa manajemen
adalah sebuah usaha kolektif, bukan usaha individual. Sebagai sebuah
usaha kolektif, kekuasaan didistribusikan ke jenjang dibawahnya.
Distribusi kekuasaan terjadi secara berjenjang dan mencerminkan
penjenjangan organisasi, dari tingkat paling tinggi ke tingkat paling
rendah. Masing-masing tingkat memiliki fungsi yang berbeda-beda namun
terangkai dalam satu sistem jaringan organisasi yang saling melengkapi
dan membutuhkan untuk mewujudkan tujuan organisasi secara bersama. Jadi,
kolektifitas usaha itu tidak lain adalah rangkaian kegiatan dari
masing-masing fungsi dalam sistem jaringan organisasi. Dengan kata lain,
kerjasama untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran organisasi yang
dilakukan oleh fungsi-fungsi organisasi atau unit-unit organisasi
adalah sebuah usaha kolektif yang dilakukan oleh semua anggota
organisasi.
Perilaku sirkular yang dicetuskan oleh Mary Parker Follet 1920 itu
kemudian dapat dijumpai dalam visualisasi anatomi organisasi Robbins[4]
beberapa windu kemudian. Menurut Robbin, interaksi antara individu
dengan indvidu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok
adalah saling mempengaruhi. Dalam hal ini, Robbin membagi anatomi
organisasi menjadi tiga bagian yaitu Individu, Kelompok, dan Sistem.
Persepsi individu mengenai organisasi terbangun dalam proses belajar
individu melalui komunikasi individu dengan kelompoknya. Selanjutnya,
interaksi terjadi pula dalam komunikasi antar kelompok dalam struktur
kelompok dimana pemimpin berperan. Yang terakhir, pemimpin melalui
struktur dan disain organisasi serta kebijakan dan peraturan organisasi
berusaha untuk membentuk budaya organisasi di tingkat sistem. Namun
demikian, ketika obyek dari peratutan dan kebijakan organisasi,
struktur dan disain organisasi, dan budaya organsasi adalah manusia dan
kelompok maka interaksi yang saling mempengaruhi akan terjadi secara
timbal balik. Inilah sebenarnya esensi perilaku sirkular dalam sebuah
organisasi.
Pada struktur organisasi yang ditayangkan pada Peraga diatas tampak
jelas bagaimana pemimpin organisasi secara strtuktural bukan hanya
mendistribusi sebagian kekuasaannya kepada jenjang organisasi dibawahnya
melalui para manajer namun juga mentransformasi gagasan-gagasan,
sistem nilai serta kompetensi agar organisasi berjalan sesuai dengan
arah dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Mereka adalah rantai
manajemen antar jenjang organisasi, yaitu para manajer. Para manajer
ini yang memainkan peran strategis yaitu komunikasi dalam organisasi
Dengan kata lain, para pemimpin organisasi di satu sisi membutuhkan
dukungan anggota organisasi melalui jenjang–jenjang organisasi, namun
di sisi yang lain menghendaki agar gagasan-gagasan mereka dijalankan
dengan sistem nilai yang dikehendaki oleh organisasi. Disinilah
sebenarnya proses interaksi yang saling mempengaruhi tersebut terjadi
dimana setiap pemimpin unit organisasi adalah rantai manajemen pada
setiap jenjang organisasi yang akan menjadi jembatan bagi transformasi
gagasan dan kompetensi mengenai sistem nilai yang dikembangkan dalam
organsiasi.
Masing-masing rantai manajemen mempunyai domain dan karakteristik
keahlian manajerial yang berbeda, juga dibidang dimensi waktu
perencanaan serta Proses Manajemen. Semakin tinggi jenjang manajemen
maka semakin stratejik proses manajemen dan berdimensi jangka panjang,
oleh rena itu membutuhkan keahlian manajerial yang lebih bersifat
konseptual. Sebaliknya, semakin rendah jenjang manajemen maka proses
manajemen semakin taktis dan berdimensi waktu pendek sehingga keahlian
manajerial juga semakin fokus kepda domain fungsi operatif manajemen.
Hubungan antar jenjang manajemen dijalin oleh rantai manajemen yaitu
manajer-manajer fungsi. Peran manajemen sebagai proses Perencanaan
hingga Pengendalian sangat krusial disini agar semua anggota organisasi
bergerak dan berperilaku sesuai dengan harapan organisasi. Maka sistem
pengendalian manajemen harus ada dan didisain sesuai dengan kebutuhan
manajemen.